13 Agustus 2007

Handphone (bagian pertama)

Saya sedang berpikir untuk membuat sebuah film.
Film yang hendak saya buat bertemakan konspirasi. Sebuah tema yang menjadi favorit saya. Filmnya nanti akan saya beri judul "Handphone".
Sepertinya judul tersebut belum pernah dipakai sebagai judul film di Indonesia.
Kata "handphone" memang sudah terlalu sering kita dengar. Sehingga mungkin ada di di antara kita yang berpikir kata tersebut tidak layak dijadikan judul sebuah film.
Justru saya melihat, bahwa kata "handphone" dapat memiliki banyak arti, bila dipake sebagai judul film.
Orang pasti akan menerka-nerka bagaimana jalan ceritanya.

Daripada pusing menerka-nerka, saya beritahu saja kira-kira bagaimana gambaran ceritanya. Ini dia.
Alkisah di sebuah kota besar, sedang berlangsung masa-masa menjelang pemilihan Kepala Daerah.
Dua orang calon kepala daerah (walikota) yang mencalonkan diri adalah Djatmiko (saya inginnya diperankan oleh Butet Kertaredjasa) dan Susilo (Rudy Salam).
Djatmiko selama ini dikenal masyarakat luas sebagai seorang yang baik hati, dermawan, dan memiliki sebuah Yayasan besar yang mendanai pendirian sekolah swasta favorit di kota tersebut.
Sebut saja sekolah itu bernama sekolah Harapan Bangsa (namanya hanya karangan belaka).
Namun siapa yang tahu, bahwa Djatmiko adalah seorang bos mafia. Yang ternyata menjadi otak dari mayoritas peredaran obat-obat terlarang di kota tersebut.

Suatu hari, seorang murid nakal di sekolah itu, sebut saja namanya Ali (belum dapat ide siapa yang cocok memerankannya), sedang melintas di ruang kepala sekolah. Dia mendengar pembicaraan yang mengejutkan antara sang kepala sekolah, Widjojo (Derry Drajat), dan sang pemilik sekolah yang sekaligus juga calon kepala daerah, Djatmiko.
Sebuah pembicaraan tentang konspirasi yang mengerikan.
Sebuah perencanaan pembunuhan terhadap Susilo dengan dalih kecelakaan.
Tidak hanya Djatmiko dan Widjojo (kepala sekolah, yang tidak lain adalah kaki tangan Djatmiko sendiri), Ali juga mendengar suara lain yang cukup familier di telinganya, meski dia tidak melihat wajahnya.
Ali langsung berinisiatif untuk merekam pembicaraan mereka via handphone miliknya.
Sayang usaha Ali tidak sempurna berhasil. Pada saat tengah asyik merekam, dia dipergoki oleh penjaga sekolah, Suryo (Cak Lontong).
Ali langsung lari, terus menerus lari, dan berhasil menerobos keluar dari gerbang sekolah. Pada saat dia tetap berlari, meski sudah keluar dari gerbang sekolah, tanpa sadar handphonenya terjatuh.
Lalu bagaimana kisah selanjutnya?
Mampukah Ali menggagalkan rencana jahat Djatmiko?

Tunggu kelanjutannya!!

Tidak ada komentar:

 
>