13 Agustus 2007

Handphone (bagian kedua)

Ini kelanjutan ringkasan film yang saya rencanakan untuk akan dibuat (nah lhoo....bahasanya belibet tuuh....)

Akhirnya handpone Ali yang terjatuh itu ditemukan oleh Marno (Agus Kuncoro), seorang preman kelas teri yang kerjanya cuma judi, malak, mabuk, dan nyopet.
Karena merasa handphone itu masih bagus, Marno bermaksud menjualnya ke teman-temannya.
Tapi sayangnya tidak ada satupun yang mau membayar harga yang diminta Marno. "HP model kaya gini, udah gak jaman lagi bung!!" cetus Kusno (Djaduk), salah satu kawan Marno yang ditawari HP tersebut.
Karena merasa tawaran teman-temannya terlalu murah, Marno pun langsung memutuskan untuk memakai HP itu sendiri.
Pada suatu hari, saat keinginan Marno untuk menjual HP-nya mulai surut, Marno menemukan rekaman konspirasi yang direkam Ali.
Marno mengira konspirasi yang ada dalam rekaman tersebut hanyalah bagian dialog sebuah drama.
Muncullah idenya untuk kembali menawarkan HP tersebut.

"Mas ini HP, bukan sembarang HP. HP ini dulunya milik pejabat penting lho.....
Coba mas dengerin aja, ada suara pejabatnya". Begitulah kira-kira cara Marno menawarkan kembali HP-nya pada teman-temannya, seraya memperdengarkan rekaman konspirasi tersebut.
Setelah teman-temannya mendengar rekaman itu, justru tawaran demi tawaran yang jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan Marno, berdatangan kepadanya.

Berita tentang HP yang memuat isi rekaman suara pejabat langsung terdengar sampai ke telinga Djatmiko.
Ia lalu menyuruh anak buahnya untuk menculik Marno.
Nyawa Marno pun dalam bahaya.
Ia harus lari dari kejaran orang-orang suruhan Djatmiko. Dan keinginannya untuk menjual hp pun pupus sudah. Karena Marno, dan tentunya bersama sang HP, harus kabur keluar dari kampungnya.

Dalam pelariannya, Marno tanpa sengaja bertemu dengan seorang gadis bernama Sania (Bunga Citra Lestari), yang ternyata adalah seorang polisi.
Dia sendiri sedang ditugasi menyelidiki konspirasi di tubuh kepolisian yang juga melibatkan nama Djatmiko.

Sudah bisa ditebak bagaimana kisah kelanjutannya, kan?

Skenario di atas masih berupa gambaran besarnya saja.
Detilnya masih akan saya bahas bersama teman-temannya.
Jika memang cerita ini tidak bisa dibuat film, maka akan saya buatkan dalam bentuk cerbung atau novel.
Jadi tunggu aja kabar dari saya, okay?

Tidak ada komentar:

 
>