30 Juli 2007

Rapublik BBM vs Republik Mimpi

Setiap Minggu malam, tepatnya pukul 9, kita selalu disuguhi tontonan semacam parodi di Metro TV. Nama acara itu adalah News.Com
Acara ini menurut saya cukup menghibur, namun masih ada kekurangan-kekurangan yg harus diperbaiki.
Jika dibanding dengan pendahulunya, yaitu Republik BBM, maka acara ini masih kalah elegan.
Pada acara Republik BBM, kehadiran Wapres Ucup Kelik sangat membantu mengangkat pamor acara ini. Kelucuan-kelucuannya selalu dinanti pemirsa setianya.
Sedangkan di acara Republik Mimpi a.k.a News.Com kelucuan-kelucuan seperti di Republik BBM tidak akan nampak. Kelakar-kelakar dari Wapres Jarwo Kwat, yg kerap menggunakan jargon "that's right brother", hanya membuat saya tersenyum (bukan tertawa). Dan kelakar-kelakar itupun terasa sangat membosankan. Saya heran, kenapa masih ada penonton (dalam hal ini mahasiswa) yang tertawa mendengar kelakar semacam itu? Mungkinkah tertawa mereka tidak lepas dari hati nurani yang terdalam? Mungkinkah tertawa mereka itu hanya untuk meramaikan suasana?
Dan yang lebih parah lagi di News.Com, mereka terlalu sering mencampuri urusan luar negeri, yaitu urusan negara tetangga mereka Indonesia.
Lalu apa pekerjaan menteri dalam negeri mereka? Apakah jangan-jangan mereka tidak memiliki menteri dalam negeri?
Lagi, satu hal yang saya kurang suka dari acara ini adalah, teriakan-teriakan "huuuu" dari mahasiswa jika ada suatu opini negatif dilontarkan oleh personil Republik Mimpi. Menurut hemat saya, teriakan "huuu" tidak mencerminkan intelektualitas mahasiswa. Dan menurut formilnya, layakkah teriakan-teriakan tersebut dilontarkan oleh mahasiswa sebagai rakyat Republik Mimpi di depan presiden mereka sendiri? Meskipun yang diteriaki tentu bukan presidennya.
Secara nyata saya sebutkan beberapa perbedaan pada kedua acara ini :

1. Bidang Pembahasan
Republik Mimpi terlalu mengurusi urusan negara tetangganya, Indonesia. Dapat dilihat dari berita-berita yang dibacakan penasehat Efendi Gazali, yaitu berita-berita dari Indonesia. Mereka bahkan pernah keceplosan beberapa kali menyebut negara mereka sebagai negara Indonesia
Sedangkan pada Republik BBM, acara lebih banyak berkutat pada urusan dalam negeri. Rapat kabinet dan pencarian menteri adalah buktinya. Mereka selalu konsisten menyebutkan bahwa negara mereka adalah negara BBM. Jika terjadi kesalahan penyebutan, kesalahan biasanya langsung diralat.

2. Format Acara
Republik BBM selalu menggunakan rapat kabinet. Yang berarti juga, mereka serius mengurusi masalah dalam negeri
Republik Mimpi menggunakan format kantor berita. Dan uniknya berita-berita negara tetanggalah yang selalu dilaporkan.

3. Penggunaan nama-nama negara yang diplesetkan
Di Republik BBM ada beberapa nama negara tetangga yang dipelesetkan, salah satu contohnya yaitu Australia menjadi Aussekali. Penggunaan nama ini lebih memperhalus kritikan-kritikan, sindiran-sindiran kepada negara yang bersangkutan.
Di Republik Mimpi tidak terdapat penggunaan nama negara yang diplesetkan. Sehingga kesannya kritikan-kritikan kepada negara tetangga disampaikan secara lebih frontal, lebih pedas, dan lebih berani.

Persamaan antara Republik Mimpi dan Republik BBM adalah peran Wapres. Di acara Republik BBM, peran Wapres Ucup Kelik adalah mengembalikan suasana yang mulai terlihat serius, agar kembali ke jalurnya yaitu jalur humor. Kemampuan Ucup Kelik sebagai "maestro plesetan" dalam memainkan kata-kata, patut diacungi jempol. Terlihat jelas bagaimana Kelik juga mampu mempermainkan perasaan penonton lewat permainan kata-kata. Awalnya semua orang mendengarkannya serius, namun selalu saja diakhiri oleh gelak tawa lepas. Sebagai contoh, saya masih ingat tentang leluconnya tentang pengangguran. "Saat ini pengangguran tidak hanya didominasi oleh anak muda saja, tapi orang tua juga. Itu contohnya nganggur cap Orang Tua". Penonton yang mendengarnya awalnya terlihat serius dan sedikit mengerenyitkan dahi. Namun setelah mendengar "nganggur cap Orang Tua" tadi, tawa pun meledak ke seantero studio.
Wapres Jarwo Kwat di Republik Mimpi sebenarnya juga punya peran yang sama dengan Ucup Kelik. Namun gaya melucu yang masih kalah dibanding Ucup Kelik membuat perannya ini dibagi ke koleganya, Guru Bangsa Gus Pur. Malah menurut saya peran Gus Pur bisa secara sempurna menggantikan Wapres Jarwo Kwat. News.Com edisi Minggu kemarin (22/7) contohnya. Saya bahkan tidak menyadari jika Wapres saat itu tidak hadir, sebelum saya menyaksikan kembali tayangan ulangnya pada keesokan harinya. Sebab edisi Minggu kemarin, justru lebih lucu dari edisi-edisi sebelumnya.

Meski tulisan saya ini bernada mengkritik, bukan berarti saya tidak menyukai acara Republik Mimpi. Sebab saya melihat ada nilai lebih dari acara ini. Yaitu kehadiran tambahan tokoh-tokoh plesetan seperti Gus Pur, Harun al Jaim, dan juru bicara untuk orang tidak mampu -Isa Marshanda-

Sebenarnya ketika acara Republik Mimpi ini digelar pertama kali, harapan saya adalah penyempurnaan dari Republik BBM. Tapi ternyata apa boleh buat ternyata Republik Mimpi adalah reformasi total dari Republik BBM, bukan penyempurnaan.
Saya hanya bisa berharap suatu hari nanti acara Republik BBM dapat kembali muncul di layar televisi, menyaingi Republik Mimpi.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Justru acara Newsdotcom lebih lucu ketimbang Republik BBM (monoton itu-itu juga, sudah ketebak, kurang dinamis... ) :D

Novan Mulia mengatakan...

Aku suka Republik BBM karena Keliknya . Hehehe.... ^^

 
>